Parta Bekerja

Mendengar lagu saat membuka postingan seorang kawan dan beberapa blogger senior di Kompasiana membuat saya sedikit penasaran (tak bisa dipungkiri, membuat saya bete gitu loch) untuk tahu dan mencari tahu bagaimanakah bisa demikian adanya, apakah bisa dipasang di blogspot karena saya menemukannya di blog berbasis wordpress. Yup, sebagai manusia/individu yang ingin terus belajar serta mengamalkan ilmu serta pengetahuan yang diperoleh ini maka ijinkanlah saya berbagi sedikit pengetahuan tersebut. . Setelah diperiksa dengan mengklik kanan View Page Source maka akan kita dapatkan script bahwa postingan tersebut disematkan sebuah link dari youtube serta diset autoplay sehingga ketika kita membuka postingan, jika koneksinya bagus akan langsung terdengar lantunan lagu. Ya semudah itu. . Script dibawah sebuah lagu Ayo Indonesia Bisa yang dibawakan Sherina dan Ello. . <object data="http://www.youtube.com/v/ 2v0Hw4eK5HA ?autoplay=1&amp;hl=en_US" height="0"

Ayo Indonesia Bisa * aku ingin kamu bisa menghadapi segalanya . memang berat dan tak mudah tapi kami akan selalu ada

Terima kasih Tuhan, engkau telah memberi kekuatan menghadapi ujian ini, selama tiga pekan hamba bergelut dan berpeluh, mencari dan terus mencari, membaca dan lalu mengkaji apa-apa yang telah mereka berikan padaku. Terima kasih Tuhan, engkau telah memberikan kekuatan tenaga dan pikiran yang super diusia yang sudah bisa dikatakan tidak muda dalam menghadapi pertanyaan-pertanyaan yang datang secara bertubi-tubi kepada hamba, meski dengan kepayahan, alhamdulillah akhirnya satu persatu pertanyaan itupun terjawab.

Fart for someone else is a rude behavior if it’s done in any place, the social penalties for those who do this is to cynical gaze while covering their noses, away from the scope of that person as he came out blasphemy, sometimes painful to the physical action, although mild. Even so, a fart is not always treated as such by another person when done in a public place, even just a friend or colleague tit fart and immediately raises a million jokes and laughter that make a person happy expression.

Once during its time period prior to this era, there is a television show hosted by Wimar Witoelar. In that age fredom to speech and echoed to the public is something luxurious. I judge it was amazing, yes it will understand its time period everything was controlled from the center. Perspective or point of view which we judge or catch something in accordance with the knowledge we have. The event brought the perspective of it and it gracefully and critiquing by a high perspective. He was packaged with a language that few flowering but taxable. Did not last long, only about six months on the air. Or about 70 telecasts Wimar Witoelar said that the event perspective is created for those who want to fight for democracy, "but not by shouting". Yes that's perspectives on the contemporary era, but it seems there are no changes from era to era. Take a little bit infomation from http://www.library.ohiou.edu/indopubs/1995/09/15/0004.html Indonesian version go to this link: Perspekt

Since the reformation, there is many changes in our country, which is the freedom of expression and assembly. With freedom of speech, the people can easily express, complaining that he felt grievances to the government. Regulations are changed and made a new one as the embodiment of reform in the spirit of democracy, openness and transparency that initiated amendment to the Constitution, as well as create rules derivatives. People's access to conduct oversight of government was opened, so is the spirit of reform that does not happen where the openness of the government against its people hard to come by in the previous era. And the openness of the practice of Corruption, Collusion and Nepotism will vanish from existence. Regulations with the spirit of reform, (some of it) which are: UU No. 20 Tahun 2001 tentang perubahan atas Undang-undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi UU No. 28 Tahun 1999 Tentang Penyelenggara Negara yang

Suasana gelap entah kemana lampu penerang jalan, hanya menyisakan lampu-lampu pecah diliputi sarang laba-laba. Masih menyusuri trotoar kaki ku linu lama kelamaan. Baru pukul 9 malam tapi tak ada becak yang berlalu lalang. Oh rasanya sudah tak tahan. Semoga di perempatan jalan ada ojek. “ Lima ribu saja ya, Bang?” “Kasihan lah, 7 ribu saja ya!” tukang ojek mengiba “Hati-hati, jangan ngebut ya Bang!” Motor perlahan menyusuri pematang sawah. Udara semakin dingin. Tak ku hiraukan. Tok tok tok Lama tak ada jawaban. Ku ulangi lagi. Tetap senyap. Tiba-tiba pundakku ada yang mencolek, suara halus perempuan berbisik “Menunggu dibukakan pintu ya Kang?”

Lately even farther backward I often hear, read a phrase from someone, figures, and a bloggers talking about Out of the Box. Something out  ​​ of the box? What? Yes, it's out of the box. Oh, get out of the box? This expression is the way of thinking to think out of the box. So who makes the box? I do not know; because the box is also made to compartmentalize not messing about, just enclose it? Out of the box was first used by a British mathematician Henry Ernest Dudeney at the beginning of the 20th century. I have this information from http://searchcio.techtarget.com/definition/out-of-the-box When I left the house, I saw a neighbor make a catfish pond from the pile of red bricks and a transparent plastic container with water is spread out a certain thickness to the size of the pool approximately 2 meters x 3 meters with a water depth of approximately 50 cm. Since then he's managed to make another one. About a few months later my neighbor offered me to buy the catfis

Digital dan konvensional sebetulnya sama saja. Digital bukan berarti semua serba di "Awan" tetapi ada basis dimana disimpannya data berada. Entah di pihak ketiga ataupun dikelola sendiri. Dan begitu juga pengelolanya, pastilah mempunyai tempat tinggal/kantor yang tetap entah itu ngontrak ataupun milik sendiri.

Geus sababaraha lila urang sakabeh teh direrewong ku cakcak jeung buhaya anu antukna mah kalahkeun jadi pada aral dua nana, anu nyebut cakcak teu nampa, anu disebut buhaya saestuna kalahka adigung adiguna teu pararuguh kadituna. Eta parsoalan geus dianggep beres ku sabahagian rahayat, tapi duka tah lamun aya keneh unek-unekna nu matak buteuk kana sirah aranjeuna, tapi estuning geuningan Instrumen na cakcak teh arek di revisi hawar-hawar ngadangu wartos mah. Lah mantak ngajajahat duit rahayat ceuk sim kuring mah. Geus heula eta pake nu geus aya, da ceunah na mah masih keneh valid dipake jeung teu mantak patojaiah jeung unggeuran dasar, apanan mantak kitu oge geus diuji sababaraha kali kunu berwenangna.

Saat membeli buku Dasar-dasar Logika karya E. Soemaryono pada mulanya tidak tahu ada yang ganjil didalamnya. Diketahuinya pas seorang teman yang pesan buku tersebut pada saya dan melihat dan membolak-balik halaman buku lalu bertanya, "Kok langsung halaman 5, mana halaman 1 dan seterusnya, ujug-ujug halaman 5?"