Siapa yang Kupilih, bukan Siapa dibelakang yang Kupilih!
Suara rakyat adalah suara Tuhan, demikian orang-orang mengatakannya. Menjadi suara Tuhan, karena apa yang rakyat pilih, menentukan siapa yang mewakili/memimpin mereka selama beberapa tahun kedepan. Para pembesar partai mungkin saja saat ini sedang banyak berkomentar, bahwa siapa-siapa yang mereka usung dalam pemilihan kepala daerah atau presiden, selalu (tidak semua pelaksanaan pemilukada) gagal mendorong simpatisan mereka memilih jagoan yang mereka usung.
Sebenarnya kegagalan mesin politik partai saat ini dalam mendulang suara untuk jagoannya di setiap pemilu presiden/kepala daerah sudah terjadi di pilpres 2004. Kala itu SBY dan Jk tidak populer dimata partai besar seperti GOLKAR, PPP, PDIP dan partai lainnya. Tetapi kenyataan berkata lain, SBY dan JK memperoleh dukungan suara dari rakyat, hingga terjadi dua kali pemilihan presiden.
Hal tersebut bukan mengindikasikan bahwa partai politik sudah tidak dihiraukan lagi oleh para pemilih (rakyat yang mempunyai hak pilih), tetapi ajang pilpres/pemilukada yang dilihat lebih kepada 'Siapa yang Kupilih' bukan 'Siapa dibelakang yang Kupilih'.
Kaitan nya adalah pada populeritas, kompetensi yang terlihat dipermukaan, kesungguhan, kedekatan dengan pemilih, dan berbagai faktor lainnya yang tersemat secara kasat mata di miliki oleh pasangan calon kepala daerah lah yang oleh pemilih yang menjadi faktor penentu/pertimbangan/pengingat.
Selain faktor 'X' (faktor tidak kasat mata, faktor kuasa Tuhan) tentunya!
Saya memaknai kompetensi yang melekat pada calon kepala daerah dari berbagai macam trik politik yang harus dimainkan para calon kepala daerah menentukan jatuhnya pilihan pemilih kepadanya.
Didukung oleh tim suksesi yang kuat, independen, dipercaya, kuat, solid, serta membawa inovasi terhadap pasangan yang mencalonkan diri. Seperti membuat/menerapkan Self-positioning pada pasangan yang mereka kawal agar melekat kuat pada ingatan pemiih.
Terjadinya reformasi juga membawa paradigma baru terhadap masyarakat dalam memilih pemimpin mereka, orientasi mereka bukanlah pada partai politik, dan bukan berarti mereka telah kehilangan kepercayaan 100% kepada partai politik, akan tetapi, ego mereka sebagai rakyat lah yang berperan aktif, ingin berkontribusi terhadap pembangunan dan penentuan 5 tahun kedepan siapa yang layak memimpin mereka.
Himbauan saya kepada para calon kepala daerah yang sedang maju di laga pemilukada dimanapun anda berada, jangan tergantung pada mesin politik partai jika Anda ingin memenangkan kompetisi pemilihan kepala daerah, karena dalam pemilihan kepala daerah/presiden, yang mereka lihat dan mereka pilih bukan siapa dibelakang yang dipilih tetapi siapa yang dipilih!
Salam hangat,
Parta Winata
good opinion!
ReplyDeletereferensi bagi yang berminat,,,
Makasih kang Dedi sudah meluangkan waktunya membaca dan meninggalkan jejaknya..
Deletemasih belepotan euy, belum dikasih teori pendukung, hehe.