Seandainya saja!

Seandainya saya saat ini memiliki uang triliunan rupiah, maka saya akan membagikan uang itu kepada pembaca tulisan ini dan meminta laporan pertanggungjawabannya dalam jangka waktu 1 x 24 jam setelah menerima uang dari saya.

Seringkali kita bermimpi, sering kali kita berharap akan sesuatu diluar jangkauan yang dapat dijangkau. Tapi bukan kah ada sebuah ungkapan. Jika kau tak berani bermimpi, maka jangan harap kau bisa tertidur. Entah apa maksud sebenarnya dari ungkapan tersebut yang saya dapatkan dari Om Zaenal "Teroris" Abidin (entah mengapa beliau menyandangkan nama tengah begitu, mungkin karena keaktifannya dalam memprovokasikan virus kemandirian dalam membuka usaha para kaum muda dalam bidang perekonomian sektor non formal, Senior saya se-almamater di Unsoed sana(duh padahal saya gak sampai kelar kuliahnya).

Jelaslah, bahwa dengan memiliki impian adalah salah satu-nya daripada membuat suatu tujuan yang ingin dicapai. Semua orang didunia ini dalam menciptakan sesuatu beranjak dari bermimpi, bermimpi suatu saat aku bisa melakukan ini, bisa melakukan itu.

Sebuah tulisan di facebook fan page yang entah berasal dari mana ceritanya dia ambil, tapi patut direnungkan bersama secara bijak. Saya ceritakan kembali dengan gaya bahasa saya. Tapi intinya tidak lah jauh berbeda.
Alkisah disuatu tempat, berkumpullah 3 macam angin yang dahsyat-dahsyat yakni Angin Topan, Angin Puyuh, dan Angin Tornando, ketiganya bertaruh barang siapa yang berhasil menjatuhkan seekor monyet yang sedang bertengger di atas pohon kelapa, maka dialah sang Angin Tahun ini.

Dimulai dengan Angin Topan, beraksi mengeluarkan segala daya upaya untuk menjatuhkan sang monyet agar jatuh dari pohon, namun dengan kuat sang monyet merangkul erat pohon kelapa, dan selamat lah dia. Sang Angin Topan pun menyerah dan berundur.

Tiba giliran Angin Puyuh namun tetap walaupun telah mengeluarkan kekuatan yang super tetap tidak bisa menjatuhkan si Monyet dari atas pohon kelapa. Demikian juga dengan Angin Tornando sang monyet tetap tak bergeming sedikitpun. Ditengah rasa pesimis diantara Angin-angin dahsyat itu, datanglah sang Angin Sepoy-sepoy, meminta ikut nimbrung, walaupun ada pelecehan dari ketiga Angin Dahsyat namun dengan kukuh sang Angin Sepoy-sepoy meminta agar diberi kesempatan. Diizinkanlah si Sepoy-sepoy itu untuk menjatuhkan monyet dari pohon kelapa.

Sang Angin Sepoy-sepoy menghampiri si monyet dengan tenang dan elegan, lalu meniupkan angin ke ubun-ubun sang monyet hingga ia tertidur lelap dan terjatuh dari pohon.
Maka Sang Angin Tahun ini adalah sang Angin Sepoy-sepoy.

Makna dari cerita di atas bahwa ketika kita dicoba dengan cobaan maha dahsyat kita bisa bertahan dan berpegangan teguh karena kita memiliki tujuan yang ingin dicapai dengan berpegang teguh pada pendirian karena badai cobaan begitu kentara terlihat dan dirasakan, tetapi manakala diberi sandungan/permasalahan yang tak kentara karena itu kita tidak menyusun tujuan agar bisa menghadapinya secara pasti atau dimana kita merasa sudah mencapai tujuan dan merasa nyaman tak mawas diri, jatuh lah kita karena suatu keteledoran yang tak perlu karena rasa nyaman.

Comments

Popular posts from this blog

Tips memilih gelasan layangan.

Isi/makna lagu DOREMI