Mulai lah dari Menulis

Beberapa waktu yang lalu, hmmmmm sepertinya sudah lama sekali. Saya menulis di Kompasiana mengenai copy paste atau salin tayang, tapi saya enak menyebutnya salin tempel. Manasuka saja, ya? Tulisan ini mengenai bagaimana cara praktis menangkal plagiat. Ya cukup dengan menempelkan/memperingati/memasang tag nama diakhir tulisan, apakah tulisan ini boleh di copy paste atau tidak boleh atau boleh dengan syarat tertentu atau bagaimana.

Mulai lah dari Menulis, banyak sekali saya baca mengenai menulis ini, tapi rasa-rasanya kurang banyak. Yang pasti penerimaan kepala yang agak lambat ini, saya berpendapat bahwa dengan menulis kita mendapat salah satu manfaat belajar, dari hal terkecil adalah keberanian menulis, menggunakan kemampuan, kemampuan mengetik misalkan, mengasah bahasa non verbal, dan belajar, belajar, dan belajar lain-lainya.

Intinya, menulis itu ya itu tadi belajar. Dengan belajar, seseorang bisa mengetahui apa yang menjadi kelemahan dan kekurangannya, dengan belajar orang bisa menjadi apa yang diinginkannya dengan tentu saja berusaha mewujudkannya.

Sebelum postingan ini pun saya menulis tentang tigal hal mendasar menuju keberhasilan, yakni Tujuan, Waktu, dan Berpikir.

Tujuan ini saya mengartikan/berkesimpulan dari bacaan yang saya baca, tujuan yang dituliskan, tentu saja dituliskan secara gamblang ataupun secara tersembunyi. Kalau penulis seperti saya, pastinya apa yang saya tuliskan akan kentara sekali. Tapi bagi penulis yang sudah mahir, bisa lain lagi, sampai orang-orang mengerenyitkan kedua alisnya sampai-sampai bisa bertemu.

Waktu, dalam menulis ataupun apapun itu, pergunakanlah waktu yang secukupnya, jangan terburu-buru.Waktu ini lah yang membuat saya dongkol, hanya karena begitu besar dorongan ID(sesuatu yang harus segera terselesaikan/disampaikan) sehingga saya mengenyampingkan waktu dalam menayangkan tulisan, serta tidak menelaah secara mendalam tulisan dengan baik. Padahal inti dari tulisan tersebut adalah, kenapa sih politik sekarang itu cendurung ditinggalkan, bahkan tidak ingin diketahui, bikin pusing dan lain sebagainya, di lain pihak angka partisipasi politik kita yang bisa dikatakan relatif tinggi dengan negara-negara lainnya. Bahwa politik adalah sebenarnya merupakan sarana menuju perbaikan kehidupan kolektif. Karena dengan politik itulah sebenarnya kita mampu untuk mempengaruhi pembuatan keputusan pemerintah. Tentu dengan melahirkan wakil-wakil yang berkompeten, berdedikasi, berprinsip moral tinggi dengan mengedepankan kepentingan bersama. Tentu saja banyak faktor selain dari politik itu ditinggalkan semisalnya adalah ekonomi, namun begitu, dengan politik pula lah ekonomi digerakkan. Dengan meningkatkan partisipasi masyarakat akan pentingnya politik yang telah lama dibungkam dengan massa mengambang selama tiga dekade, bangsa ini bisa bangkit. Tentu saja dengan melalui jalur-jalur yang baik dan benar. Sesuai dengan peraturan. Pemberdayaan manusianya. Bagaimana? Ya itu tadi BELAJAR. Lalu bagaimana bisa belajar manakala ketika berusaha menyampaikan sesuatu sudah dijegal. Inilah mungkin karena faktor model RAMBUT. Rambut kriting lebih bisa menangkap pelajaran daripada rambut lurus(yang ini joke).

Terakhir, menulis bagus untuk seseorang, karena dengan menulis, seseorang dituntut untuk bisa berpikir. Dan berpikir dalam artian sebenarnya, saya yang masih belajar ini pun masih menemui kendala dalam berpikir, entah mengapa, mungkin teknik berikir saya yang sederhana dan mendingan menghindari konflik dari sesuatu yang tidak menimbulkan manfaat besar apalagi tidak memerlukan suatu pertanggungjawaban lebih baik ditinggalkan. Saya berpikir, maka saya bisa menulis.

Dengan menulis, maka semoga apa yang bersarang dikepala ini bisa terungkapkan, dan sebagai sarana pribadi untuk lebih belajar agar selalu bisa mawas diri dan terjauh dari kebodohan yang selama ini bercokol di kepala.

Salam.
Dan nama saya Ary Surya Parta Winata, jika anda kesal/dongkol/sebal, panggil salah satu dari keempat patah kata dari nama saya, tidak usah dengan panggilan. Mas, Kang, Adek, ataupun kakek. Kecuali memang konteks yang sedang dibahas adalah HUMOR!

Comments

Popular posts from this blog

Tips memilih gelasan layangan.

Isi/makna lagu DOREMI