Film Deddy Mizwar: Kentut

Film Kentut yang diperankan oleh Deddy Mizwar, Keke Soeryo, Iis Dahlia, Cok Simbara, Hengky Tornando, Anwar Fuadi dan Rahman Yakob yang diputar perdana Senin 30 Mei 2011 di PPHUI.

Film dengan durasi sekitar 90 menit ini menggambarkan secara sederhana bagaimana budaya politik, sosial politik, partisipasi politik masyarakat, taktik politik, pengaruh politik, atau lebih tegasnya film ini membicarakan hal-hal berbau sosial politik secara luas. Politik memang sedang hangat-hangatnya dibahas dan mengemuka karena mau bagaimanapun, oleh siapapun, karena apapun, dimanapun politik masih menjadi panglima di negeri ini sejak jamannya jaman.
Ada dua kubu diceritakan dalam film ini, kubu Patiwa(Keke Soeryo) dan kubu Jasmera(Deddy Mizwar). Sebuah film yang menceritakan pemilukada, lengkap dengan segala macam pernak-pernik.

Kebutuhan mendasar, yang harus diperhatikan secara nyata dan penting sekali bagi anda yang ingin menjadi pemimpin negeri ini jika mau mencapainya cukup dengan hanya memperhatikan kebutuhan dasar rakyat. Bahwa rakyat dibiarkan merana tak bisa mencukupi kebutuhan mendasar mereka agar bisa duduk dalam kekuasaan. Biarkan mereka menghiba dan memelas, yang cukup dilakukan oleh pemimpin adalah dengan menghibur, sedikit perkembangan negeri dengan angka-angka statistik serta beberapa pencapaian international.

Ada tiga rentetan adegan yang saya senangi dan memaknainya secara luas dalam film Kentut:

1. Saya menyoroti sebuah adegan di film Kentut ini ketika hadirnya MCK keliling yang dihadirkan Jasmera di rumah sakit yang bejubel penuh dengan orang-orang pendukung, simpatisan, pedagang yang menunggu Patiwa hingga kentut. Ketika manajer kampanye menyatakan bahwa yang mendoakan Patiwa akan dipenuhi segala macam kebutuhan makan, minum dan pulsa komunikasi. Tapi kubu Jasmera dengan cerdik dan pandai memanfaatkan situasi dimana air bersih tak ada dengan menghadirkan MCK keliling. Bisa ditebak, bahwa kebutuhan mendasar manusia itu sangat kompleks sehingga dengan diberikan sedikit saja kelonggaran maka dengan mudahnya mereka berpaling.

2. Menyoroti adegan ribut-ribut serta adu argumen tentang Undang-undang. Senyum simpul dan senyum renyah serta merta menghiasi bibir saya yang memble.
Ketika pers yang begitu gencarnya mengorek-ngorek seorang narasumber membuat kesal sang kepala keamanan rumah sakit(Rahman Yakob) dan bertanya, "Kapan-kapan saya akan mengkorek-korek kalian, pasti kalian akan mengoceh tentang kebebasan pers". 
Para wartawan dengan sengit menjawab, "Pekerjaan kami dilindungi oleh undang-undang!". 
Sang kepala keamanan lebih asyik lagi menjawabnya, "Oh, jadi anda sekalian mau berdiskusi tentang undang-undang, oke, tunggu saya di pos, kita juga akan membahas undang-undang perlindungan pasien!". 
Luar biasa sekali, bagaimana tergambar dengan jelas apa yang dibicarakan oleh dosen saya (Kang Asep) diblognya, bahwa negara kita sudah membuat banyak aturan yang mengatur segala hal(prosedur, mekanisme, lembaga formal, dan aturan main), tapi sayang kita tidak membangun struktur budaya nilai-nilai yang sangat fundamental dalam membangun moral bangsa.

3. Pikiran saya pun menerawang kemana-mana ketika melihat pakaian para suster yang "wah". Sampai sejauh itu-kah kita?


Untuk film ini secara alur cerita sangat manjur untuk menyentil dan menjewer telinga para pemimpin bangsa ini. Ya, itupun kalau mereka menonton dan memaknainya dengan sungguh.

PS: saya sedang tidak mengkritisi bagaimana negara, tapi film ini lah yang menggambarkan-nya.

Comments

Popular posts from this blog

Tips memilih gelasan layangan.

Isi/makna lagu DOREMI