Bersatu kita teguh bercerai kita runtuh

Berbincang dengan orang tua seringkali saya lakukan kala saya masih bau kencur, banyak cerita dari mereka apakah itu tentang perjuangan kemerdekaan, perjuangan hidup, tentang percintaan, ilmu pelet ataupun seputaran siloka (simbol-simbol alam/tubuh/kejadian).


Sekarang, saya ingin membagi siloka yang dikemukakan oleh Almarhum Abah Abidin (seorang yang saya hormati, semoga beliau mendapat tempat yang layak disisi-Nya).

Beliau mengungkapkan tentang bagaimana orang Sunda khususnya dan umumnya orang Indonesia yang menggunakan tangannya untuk makan. Juga bagaimana kesetaraan diri kita dihadapan sang Khalik dalam jari jemari kita.

Ada makna filosofis didalamnya, bahwa:

  1. Jari Kelingking diibaratkan sebagai rakyat jelata;
  2. Jari Manis diibaratkan sebagai para ilmuan, sarjana, pelajar, siswa;
  3. Jari Tengah diibaratkan pemimpin negeri/bangsa;
  4. Jari Telunjuk diibaratkan sebagai seorang pengusaha/orang kaya;
  5. Jari Jempol mewakili/diibaratkan para pemuka agama.

Siloka saat makan.
Kita ingat/berimajinasi bagaimana saat kita akan menyuapkan nasi. Jari tangan kita sesuai dengan posisinya meraup nasi yang kecil-kecil sehingga bisa terhimpun dan kita bisa melahapnya, suap demi suap.
Tidak mungkin kita bisa makan dengan benar jika kita menggunakan jempol saja atau telunjuk saja atau hanya dengan jempol, telunjuk dan jari tengah.

Siloka kesetaraan derajat dimata sang Khalik
Mari kita kuncupkan jari tangan kita membentuk paruh burung, pastinya semua jari jemari akan sama rata, yang satu melengkung menyesuaikan dirinya dengan yang pendek, jari yang pendek akan sesuai dengan ukurannya tegak dan sejajar dengan jari yang panjang. Demikian pula bahwa kita adalah sejajar dihadapan sang Khalik, tidak dibeda-bedakan, yang membedakan adalah amal perbuatan kita selama kita hidup saja.

Bagaimana kaitannya tulisan ini dengan judul diatas?
Bahwa setiap elemen masyarakat jika bersatu merapatkan barisan dan berfungsi sesuai dengan fungsinya maka akan menjadi sebuah kekuatan yang besar dalam menata kehidupan baik itu kehidupan pribadi maupun kehidupan kolektif yang lebih besar, seperti kehidupan berbangsa dan bernegara. Ketika kita bersatu, apapun yang akan kita lakukan maka akan bisa menghimpun beragam macam perbedaan sesuai dengan falsafah hidup berbangsa kita Bhinneka Tunggal Ika, Unity in Diversity. Berbeda tapi tetap satu. Apa yang kita miliki, apa yang kita dapatkan, apa yang kita lakukan, jika bersatu pastilah kita dapat teguh dalam mencapai tujuan. Dan jika kita bercerai? Tentu saja akan mencapai tujuan.

Comments

Popular posts from this blog

Tips memilih gelasan layangan.

Isi/makna lagu DOREMI