Bank yang me-rakyat

Sekitar tahun 2001 saya pernah berdomisili di daerah pedesaan tepatnya Sindanghayu, Kec. Banjarsari, Kab. Ciamis, lumayan jauh juga jika hendak pergi ke kota. Dengan infrastruktur jalan yang berlobang, akses transportasi publik pun masih minim. Namun di sana sudah ada bank. Tidak lain ya siapa lagi kalau bukan bank desa dan bank rakyat Indonesia.

Warga yang hendak transfer atau menerima transfer dana dari keluarganya di kota lain cukup dengan mendatangi bank tersebut. Lama? Ya, waktu itu sistemnya masih jadul dan belum terintegrasi alias masih manual walaupun sudah ada komputerisasi pembukuan.


Dengan potensi yang dimiliki bank tersebut, saat itu saya berpikir jika dikembangkan kedepan tentunya pasti akan mengalahkan bank-bank bertaraf International sekalipun. Dengan pertimbangan jumlah Unit nya yang berlimpah di seluruh Indonesia.

Jika di buat online alias terintegrasi satu unit dengan unit lainnya hal ini akan membuat sebuah terobosan yang luar biasa dahsyat. Dimana ada sebuah Anjungan Tunai Mandiri ditengah-tengah pesawahan dekat dengan petani. Hingga petani bisa diuntungkan dengan poin keamanan transaksi jual beli, semisal ada kekurangan dalam hal pembayaran saat bakul membeli hasil pertanian mereka, bisa melakukan transaksi mendadak di ATM tanpa harus pergi ke kota.

Sekarang, setelah sepuluh tahun berlalu, nampaknya hal tersebut sudah terealisasi dengan baik. Walaupun saya tidak menyampaikan kepada para pegawai bank tersebut, rupanya mereka juga memiliki visi yang sama serta mampu mewujudkannya.

Bukti bahwa pikiran diatas terwujud adalah ketika bertemu dengan sekertaris desa nya yang kebetulan teman kuliah saya. Bagaimana sekarang Sindanghayu, Pak? Sekarang bank di sana sudah online. Transaksi jadi mantap, walau dengan segala kekurangan dan kelebihan tapi pada dasarnya kami terbantu sekali dengan adanya bank online. (Pernyataannya sih gak begitu, karena kami ngobrolnya lagi santai aja, saya buat resmi).