Soeharto sang Bapak Pembangunan

Pemimpin satu ini ahli strategi mampu berpikir sistematik, analistik dan visioner progresif. Saya mendapati karakternya dari jejak teori dan warisan budaya yang ada disaat ini.

Beliau sangat ahli dalam berbagai bidang, jangan anggap enteng kemampuan ini tidak semua dimiliki oleh para ahli strategi militer dengan pendidikan top one saat ini. Beliau yang belajar strategi dengan otodidak dan belajar dari pengalaman serta pola pikirnya yang tersusun rapih sekali. POAC sangat dikuasai sekali oleh beliau. SMARTS dan teori manajerial lainnya. Tidak percaya?. Ya sudah jangan percaya saya. Tapi coba deh ngobrol politik dengan PNS, pasti langsung diam dan manggut-manggut sampai saat ini pun demikian.

Kendali ditangan beliau sepenuhnya. Power to controll dan to act. Sesuai dengan teori manajemen AIDDA. To make an action needs attention. Melalui tahapan attention, interest, desires, decision dan action. Tahapan-tahapan pembangunan yang dicanangkan beliau pun secara teori sudah benar dan memenuhi kaidah manajerial yang benar dan baik. Well praktek dilapangan?, jangan tanyakan saya. Anda sendiri tentu mengalaminya.

Kondusif dan stabil. Begitu yang selalu dikatakan para orang tua yang sekarang menggerutu akibat naiknya bahan pangan, sandang dan papan di masa era reformasi ini. Dengan teori subsidilah sebenarnya kestabilan sembako ini yang menjadikan bom waktu dan mismanagement saat itu. Apakah Soeharto tidak memikirkan hal itu?.. tentu saja beliau memikirkan hal tersebut. Banyak tindakan preventif yang sebetulnya sudah beliau lakukan tapi, akan tetapi praktek dilapangan anda pasti sudah mengetahuinya bukan?.

Perkembangan politik tanah air stabil sekali dengan pemangkasan partai politik dan sentralisasi pembangunan ditangan pemerintah pusat.

E. Masa OR-BA tahun 1966 s.d. 1998.
  1. Menjalankan dengan pemerintahan secara sentralistik dan militeristik dengan mengaca kejadian masa lalu.
  2. Saat masa ini lebih disebut sudo demokrasi.
  3. Pengerucutan partai secara ektrim menjadi 3 buah partai.
  4. Menggunakan konstitusi UUD 1945


  • Pada masa ini, pemerintah melakukan teori pendekatan fungsionalisme struktural. Intinya memandang masyarakat sebaagai suatu kesatuan sistem yang bergerak kearah posisi (equilibrium) keseimbangan.
    • Dasar Teori Pendekatan Fungsionalisme Struktural….
      1. Masyarakat adalah satu kesatuan sistem
      2. Sekalipun suatu masy tidak mengarah pada kondisi yang sempurna. Akan tetapi akan bergerak kearah seimbang, atau integrasi.
      3. Perubahan2 yang terjadi didalam masyarakat. Terjadi secara gradual(bertahap). Dan bersifat evolusi.
      4. Masuknya unsur-unsur kebudayaan baru, penemuan-penemuan baru yg terjadi di masyarakat.
      5. Daya yang kuat dalam proses integrasi dalam masyarakat adalah konsensus.




  • Pendekatan struktural dilakukan pemerintah saat orde baru. Pendekatan ini dengan mengedepankan stabilitas keamanan dan ketentraman nasional. Dengan segala resiko dan tantangan didalamnya.

    Tidak ada kritikan dan kepedasan dalam tulisan ini. Hanya menarik hikmah dari figur pemimpin nasional dari mulai Soekarno dan sekarang Soeharto. Pun demikian jika anda menyimak tulisan terdahulu saya tentang Soekarno akan ada kesamaan. Yakni mempersatukan Indonesia dengan negara majemuknya. Soekarno hanya mengambil jalan yang salah dengan Nasakom nya. Sedang Soeharto dengan pendekatan struktural/stabilitasnya yang kemudian mengarah pada pemusatan kekuasaan. Sebenarnya sama saja pandangan dan pola pikir kedua pemimpin ini. Mementingkan kepentingan bangsa secara umum dan mencapai tujuan dasar negara dalam pembukaan kontitusionalnya.

    Demikian tetap mereka adalah pemimpin bangsa besar ini dengan segala positif dan negatif didalamnya. Faham dan sifat kedua pemimpin ini pun mengakar dalam dijiwa dan pola pikir masyarakat saat ini. Apakah ini salah satu trauma ataupun entah bagaimana. Jika ditilik dalam berbagai forum. Ada yang dengan mentah-mentah bahwa tulisan seseorang adalah ORBA sekali padahal secara tidak langsung beliau sangat ORLA sekali mengomentarinya. Tidak percaya?. Saya juga awalnya tidak percaya. Intinya satu orang ingin stabilitas dan satu orang lainnya ingin ada nya konflik. Ingin lebih jelas dan detail. Padahal pola pikir manusia itu senantiasa dinamis dan berkembang. Hanya saja bagaimana pola pikir itu bisa dikendalikan dengan tanpa adanya emosi dan subyektifitas saja.

    ***

    Kesimpulan saya dengan dua tulisan tentang Soekarno dan Soeharto adalah:

    Bahwa rakyat Indonesia sangat terpengaruh hingga saat ini dengan pola pikir mereka berdua. Selain kedua pemimpin ini memiliki kesamaan nama, juga merupakan ahli dibidang masing-masing serta selalu menjadi acuan pola pikir dan pandangan masyarakat saat ini.

    Coba kita telaah nama mereka.. Pak Karno(pakkar - no) dan Pak Harto(pakhar - to).. sama-sama pakar kan?. Serta sama-sama mengalami masa kesulitan setelah melepas kekuasaan sesuai dengan namanya Soekarno(sukar-no) dan Soeharto(soekhar-to) dengan pengejaan berbeda dari bahasa ibu yang ada di Indonesia.

    Mau tidak mau. Suka tidak suka. Senang tidak senang. Hormat tidak hormat. Tetap idola kita adalah pemimpin bangsa. Figur kemerdekaan, pemersatu dan pembangunan serta pengikat bangsa. Pola pikir dan pandangan hidup tetap selalu melihat idola. Percaya ataupun tidak. Tetap kita selalu melalui tahapan-tahapan plagiasi kepemimpinan dari masa kemasa serta dari jaman ke jaman walaupun berbeda alur tetap saja masih dalam koridor plagiasi.

    Comments

    Popular posts from this blog

    Isi/makna lagu DOREMI

    Tips memilih gelasan layangan.