Nun Jauh

Berat sekali setelah berlama tak menuliskan apa yang ada dalam benak. Pekerjaan, harapan, asa dan tanggung jawab merintis dan membina sebuah keluarga baru serta mempertahankan lalu melanjutkan kepercayaan yang telah diberikan para tetua.

Berdiam diri sekian lama, menahan diri, walau taknyana menuliskan dalam status-status di medsos, bahkan menuliskan di blog umum, tetapi, serasa tak merasakan kepuasan dalam. Maka, meminjam apa yang diucapkan Descartes, saya berpikir maka saya ada, sejatinya saya menulis maka saya ada.

Prediksi pasca pemilu pemilihan presiden 2014 yang saya tuliskan dalam medsos sebagai tahun yang akan menyakitkan bagi kedua pihak (para kandidat dan pendukungnya). Bahkan sebelumnya saya memprediksikan tidak akan ada lebih dari 3 kandidat dan kenyataannya hanya ada dua kandidat dalam pencalonan pemilihan presiden 2014. Betul, seharusnya ada 3 kandidat calon presiden, hanya partai satunya lagi terlambat mengadakan konvesi atau entahlah, apapun keputusan yang telah ditetapkan oleh empunya partai berlambang mercy itu.

Agustus 2014 menjadi wisudawan, tentunya membawa kebanggaan tersendiri, memperoleh gelar Sarjana Ilmu Politik, saya berkali-kali berkata 'wow' dalam hati. Lalu, sontak terdiam, terdiam karena gelar tersebut sangat berat saya sandang, terlebih, harus lebih bijak dalam menyikapi setiap permasalahan yang muncul di negeri ini. Akan menjadi tamparan keras, jika salah-salah mengomentari perpolitikan dengan gelar yang disandang.

Hanya saja, setelah lama terpendam di kepala, ya, harus saya tumpahkan dalam tulisan ini.

Serentetan polemik dimulai pasca dilantiknya Jokowi-Jk, Kekisruhan di tubuh PPP lalu merambat perlahan ke Partai Golkar.

Kemudian, KPK dengan Polri, dilanjut ke Hukuman Mati para pengedar narkoba, Pra Peradilan BG, Sarpin efek, Remisi koruptor, Saling tuding Ahok vs DPRD dengan dana silumannya.

Serangkaian polemik disebut merupakan pendidikan politik bagi bangsa ini, agar cepat dewasa menyikapi, serta bagaimana pemerintah mengendalikan keamanan bangsa dalam konflik politik hingga terciptanya keamanan nasional.

Rakyat seolah tertarik dan diulur secara perlahan, tapi pasti, rakyat semakin paham, namun kadang rakyat kadang tak melihat segala sesuatu secara bulat, utuh, komprehensif dan obyektif.

Pada akhirnya, rakyat ini, rakyat akan semakin cerdas dengan pendidikan politik yang ditampilkan para wakilnya, para birokrat pilihannya. Dan seharusnya, Rakyat lah yang akan menjadi PEMENANGNYA!

Comments

Popular posts from this blog

Tips memilih gelasan layangan.

Isi/makna lagu DOREMI