Rakyat menjawab, "Ikan asin dan Sambal Terasi!"

Beri aku 10 pemuda + 1 pemuda naturalisasi, akan aku buat kesebelasan sepakbola yang mengguncang dunia!
Ironis sekali, dari sekitar 230 juta jiwa penduduk Indonesia, kita tidak mampu mengumpulkan 11 pemuda menjadi sebuah kesebelasan sepakbola yang tangguh, mampu menghadang kesebelasan negara lain, setidaknya kesebelasan dari negara ASEAN.

Sebagai yang-diperintah (rakyat) Indonesia, sudah terbiasakan disuapi oleh penguasa orde baru, segala sesuatu disubsidi, walhasil, hutang negara menggelembung, banyak yang kita jual pada akhirnya. Entah bagaimana cerita masa lalu, kita bahkan tidak bisa mengelola tanah Papua dengan tangan sendiri, jika benar mampu, Indonesia tidak akan seperti ini, saya yakin dan seyakin-yakinnya. Terbiasakan demikian, ketika mendapati kenyataan jauh daripada harapan, meluncur deras cercaan dan makian, celakanya lagi itu semua dilakukan dengan tanpa aksi dan perubahan yang nyata! Just Talk Only, With No Action!

Seperti saya sendiri, hanya mampu berbicara, berbicara, berbicara, tanpa aksi nyata. Mungkin benar apa yang dikatakan sebagian anak muda jaman sekarang, kita itu belum merdeka. Kenyataannya, kita hanya bisa berbicara, bahkan hanya sekedar mewacanakan/membicarakan atau memberanikan diri mencalonkan sebagai presiden saja, banyak sambutan cercaan dan hinaan, analisa tingkat tinggi melayang didunia maya dan nyata. Masih terbelenggu dengan rasa sebagai kelas bawah, sesuatu yang diluar apa yang belum mereka miliki, adalah sesuatu yang agung. Orang Belanda bilang, mental Inlanders! Bukankah negara kita adalah negara hukum, semua orang di negara ini, selama menjadi warga negaranya, hak-haknya dijamin oleh konstitusi. Hak dipilih adalah salah satu hak yang dimiliki oleh seluruh warga negara yang sudah memenuhi syarat untuk dipilih; Maka, hak itu harus diberikan secara utuh dan kita pun harus menghormati jika seseorang menggunakan hak dipilihnya.

Rasa inlander dengan nano-nano ini melekat kuat hingga sekarang, sebuah baligo besar, dengan gambar seorang kepala daerah, tertulis, konsumsilah ikan laut segar, agar pintar (saya lupa jelasnya). Karena rakyat kita sebagian (mungkin semuanya) memiliki rasa nano-nano tadi, dengan senang hati mereka menghidangkan Ikan asin dan sambel terasi di meja makannya setiap hari (atau bagi sebagiannya lagi pada hari-hari tertentu). Luar biasa?

Dengan penduduk 230 juta jiwa, dengan belasan ribu pulau (ribuan nya lagi belum diberi nama), dengan garis pantai terpanjang didunia yang di miliki Indonesia, bangsa besar ini, tidak sanggup mendistribusikan ikan laut segar disetiap meja makan penduduk Indonesia dengan harga terjangkau, bahkan yang lebih celakanya lagi, kita tidak sanggup membuat kesebelasan sepakbola yang mampu menggoncang dunia.
.
Ayolah, kami makan ikan asin dan sambal terasi setiap hari, setidaknya beri kami rasa bangga memiliki timnas yang mampu menggoncang dunia! Atau kami beri keringanan, setidaknya di ASEAN.

Mengumpulkan 11 pemuda itu, cukup dengan melatih generasi muda, didik sejak dari dini, kembangkan pendidikan khusus sepakbola, jamin hidup mereka yang memang sudah terlihat potensinya, dari puluhan provinsi, satu orang per provinsi atau carikan sponsor guna menanggung hidup pemain sepakbola hingga akhir hayat mereka, agar fokus melatih diri dan mengasah kemampuan sepakbola mereka. Jangan ada mark up dana, jangan ada mark up biaya kesehatan dan lain sebagainya.

Kami akan sabar menunggu walaupun itu membutuhkan waktu 10 tahun kedepan, demi hasil yang maksimal, lakukan terobosan untuk menghadang birokrasi demi menjamin hidup para pemain sepakbola. Ini demi nama dan martabat bangsa.

Atau kami harus selalu mendendangkan sebuah lagu yang dilantunkan 'Bondan Prakoso', "Ketika mimpi mu yang begitu indah, tak pernah terwujud, ya sudahlah".

Salam hangat

Parta Winata

Comments

Popular posts from this blog

Isi/makna lagu DOREMI

Tips memilih gelasan layangan.