Berdosakah Pemimpin Kita?
Dimulai dengan fenomena Jokowi dan Ahok yang menggebrak
konstelasi pemerintahan di Indonesia dengan menancapkan taring di DKI yang
merupakan salah satu daerah Istimewa di Indonesia yang memiliki keistimewaan
karena ia berada dipusat pemerintahan Indonesia dan memiliki hak mengangkat dan
memberhentikan walikota. Menurut pendapat saya, karena bangsa kita berpikir
secara Jakarta Centris (apa-apa yang di terjadi di Jakarta, bahkan kemacetan di
Bundaran HI pun seluruh Indonesia harus tahu) maka apa yang dilakukan JokoAhok
adalah sebuah strategi melepas efek domino sinergi positif untuk reformasi
birokrasi di Indonesia, agar gaungnya lebih luas, merata, dan menjadi cetak
biru/purwarupa bagi pemerintah daerah lain.
Kualitas kepemimpinan di Indonesia dipandang mengalami
disorientasi serta distorsi kepentingan dimana rakyat dan kepentingan rakyat
yang seharusnya diutamakan, terlebih dimana bangsa ini telah kehilangan arah ketika
terjadinya reformasi tahun 1996 kemarin. Namun begitu bergulirnya reformasi
telah mengikis sebagaian Manajemen birokratik yang dii anut bangsa, pun begitu,
karena sudah menjadi budaya (60 thn terbiasakan dengan orde baru) menjadi sukar
diberantas, seolah tidak bisa dihapus, kecuali dibongkar secara paksa dan
dihukum pancung untuk menghilangkannya!
Amanat konstitusi yang paling utama adalah kesejahteraan
seluruh tumpah darah Indonesia,
dengan memanfaatkan segala sumber daya alam yang dimiliki bangsa untuk kemudian
di berikan kembali kepada rakyat Indonesia, dengan
sesungguh-sungguhnya. Rakyat diberdayakan dengan pendidikan, kesehatan, dan
penghidupan yang layak.
Jokowi yang telah berhasil memimpin kota Solo yang saat ini
memimpin sebuah provinsi yang terletak di pusat pemerintahan dipandang sebuah
keniscayaan oleh sejumlah element masyarakat, bahkan mantan gubernur DKI
Sutiyoso melayangkan komentar sedikit sinis dan sarkastis bahwa Jokowi seorang
pemimpin blusukan. Cara pandang demikian adalah sebuah perfektif yang saat
Sutiyoso dulu bahwa ia bertanggung jawab kepada DPRD, sebaliknya karena
sekarang pemimpin dipilih langsung oleh rakyat, sudah semestinya Jokowi selalu
dekat dengan rakyat, pertanggung jawaban kepada DPRD adalah
formalitas/seremonial semata!
Manajemen birokratik ingin ditepis dan ditendang jauh oleh
Ahok, dengan memberikan sangksi berat kepada bawahannya, merubah cara mereka
memimpin dinasnya atau dicopot dari jabatan! Sebuah pilihan dari ketegasan
pemimpin dengan pertimbangan yang sudah diperhitungkan secara matang dengan
pertimbangan dari segala macam sudut pandang dan pendapat para ahli yang ia
miliki!
Tiada gading yang tak retak, namun sejauh ini dari pantauan
dan apa yang telah terjadi, pola kepemimpinan Jokowi dan Ahok telah menyentuh
idealisme Komunikasi Pemerintahan dan Etika Pemerintahan seperti yang saya
pelajari di kampus tempat saya menimba ilmu pemerintahan.
Menjadi pemimpin adalah sebuah ujian berat yang Tuhan
timpakan kepada manusia!
Comments
Post a Comment
Silahkan meninggalkan komentar. Salam hangat dan Terima Kasih.