Keranda mayat tak jadi tertabrak


Pengalaman menjadi ketua lingkungan ditempat tinggal saya, membawa banyak sekali suka duka. Sukanya, ya apa gitu ya? Gak berwujud, tapi ya begitulah kalau jadi ketua RT. Dukanya banyak juga sih, tapi bukan menjadi beban.

Cerita ini memang asli, sebagai ketua lingkungan saya banyak sedikitnya bertanggung jawab terhadap warga. Apakah mereka membutuhkan pelayanan sipil ataupun layanan sebagai warga lingkungan. Ya begitulah, saking sayang dan suka nya warga lingkungan kepada saya (sayang ngasih, suka nyuruh, ha ha ha kiding) banyak kerjaan RT itu loh. Wah, tak perlu disebutkan satu persatu, pokoknya, wah, wah, wah dan wah. Bisa dibayangkan, ada salah dikit pemerintah, ketua RT yang pertama dibilangin ama mereka. Ya diterima aja, sebagai ujung tombak memang seperti itu, harus ikhlas dan ridho, karena Tuhan semata melaksanakan pekerjaan.

Suatu hari ada warga saya yang meninggal, semua warga dikerahkan, sebagian menggali kuburan, sebagian memandikan jenazah, dan saya membawa keranda mayat ( hehehe, seram? Enggak).

Keranda mayat seperti biasa nongkrong di Masjid Jami masih satu RW dengan lingkungan, jadi tak sungkan meminjam. Ada bagusnya juga keranda mayat ini memiliki roda, jadi tak perlu di angkat ramai-ramai, cukup saya seorang yang membawa.

Dengan wajah polos, cuek bebek aja mendorong itu keranda mayat menyusuri jalan raya. Karena merasa keranda mayat bukan alat transportasi umum, jadi saya tidak mengikuti peraturan lalu lintas. Menyusuri jalan di arah berlawanan.

Santai aja mendorong, pas di belokan, nah ini kejadian yang sangat menegangkan gan. Bagaimana tidak. Pas turunan dan belokan tajam lagi. Jalan umum yang termasuk banyak dilalui angkutan umum seperti elf, angkot, bus. Tiba-tiba didepan saya ada elf yang membelok agak kencang, tak melihat keranda mayat yang saya dorong rupanya. Wew, saya sontak terkaget. Dan apa coba gan? Gak ada remnya. Waaaaaaaaaaaaaaaa...... setengah hidup saya berusaha menghentikan laju keranda mayat, sang supir elf juga rupanya berusaha mengendalikan kendaraannya supaya tidak menabrak keranda mayat yang saya dorong.

Ceuk kiiiiiiiittttttttttttttt, elf menginjak rem mendadak dan menghasilkan suara gesekan ban dan aspal yang lumayan panjang. Beruntungnya nih gan, dibelakan elf tak ada mobil yang membututi, kalau ada, wah, tak terbayang sudah.

Keranda mayat berhasil saya kendalikan dan hentikan lajunya. Sang supir tak berani menyumpah serapahi saya, cukup memandang saya agak sinis, dan saya membalasnya dengan senyuman dan menunjukkinya keranda mayat (isyarat saya berkata: "Kita kapan-kapan ada disitu gan! Santai aja ya"). Sang supir pun berlalu, seakan mengerti isyarat saya.

Nanti saya lanjutkan ceritanya...... salam.

Comments

Popular posts from this blog

Tips memilih gelasan layangan.

Isi/makna lagu DOREMI