Manajemen Kebencian

Benci ya kata itu kerap kita dapatkan ketika kita mendapati persoalan yang tidak sesuai dengan harapan.
Kita begitu ektrimnya membenci dan tanpa sadar suatu saat kita mendapati diri kita melakukan persis/mirip ataupun setidaknya nyerempet-nyerempet dengan apa yang kita benci. Ini pengalaman diri saya pribadi, jadi tidak menelaah prinsip ilmu ataupun sekali lagi penelitian yang valid. Banyak orang mengatakan pengalaman adalah guru yang baik serta mahal harganya mohon obyektifitasnya.

Menghadapi permasalahan, atau kalau orang besar/berjiwa besar mengatakan “Tantangan” pastilah hati kita akan benci, tidak senang atau iri atau malahan berniat buruk timbul, tergantung pada tingkatan kebencian yang terjadi.
Kita selalu mengatakan secara berulang-ulang, kepedihan hati, merintih kesakitan tiap malam dan sangat pedih, pilu, nestapa dan banyak lagi. Entah itu ditolak cinta, putus cinta, gagal dalam pekerjaan, dimadu atau kehilangan uang/kerampokan.
Jika kita terus menerus mengulang kata/kalimat kebencian kita pada si anu, atau tingkah si anu. Secara tidak langsung diri kita didogma untuk terus menerus membenci. Kembali lagi pada tulisan sebelumnya mengenai kemacetan lalu lintas yang dihadapi dengan marah-marah, apakah akan menghasilkan solusi?, malahan berakhir dengan tekanan jiwa dan pikiran tanpa kita sadari bukan serta tidak mustahil akan memicu konfrontasi dengan antrian mobil didepan dan dibelakang.

Hati dan pikiran terus menerus membenci. Padahal kedua instrumen organ vital kita ini menghasilkan aura tersendiri bagi kehidupan pribadi maupun keluarga. Jika kita dapat mensinkronisasikannya akan berdampak baik dan negatif. Jika dengan kebaikan tentunya akan menjadikan intuisi dan kepekaan batin bukan?. Nah bagaimana dengan sinkronisasi hal yang negatif, tentunya akan menjadikan cepat tua pada diri secara fisik, kerutan diwajah ataupun uban atau jika tidak pada diri kita terjadi pada anak atau cucu kita persis/mirip dengan apa yang kita benci atau malah diri kita pribadi yang melakukan persis apa yang kita bencikan. Bukan main sekali kedua instrumen ini. Bahkan dikehidupan sehari-hari sangat dibutuhkan, hanya kadar penggunaan dan pemanfaatannya kita selalu mengalami tantangan. Ya tentu saja karena selama kita hidup dihadapkan pada tantangan dan kita juga selalu dan senantiasa belajar dan berusaha keluar dari tantangan itu. Banyak usaha yang kita lakukan, baik dengan berdiam diri ataupun dengan tindakan sesuai dengan kebutuhan tantangan tersebut. Anda sekalian tentunya mampu berpikir dewasa dan bijak.

Pribadi ini juga terus belajar mengelola ini. Berat dan sangat tidak mudah dihilangkan, ya begitulah manusia. Belajar dan terus belajar. Sharing ini juga tidak memberikan sebuah jaminan bahwa saya mampu mengatasi kata tersebut. Karena ada satu tulisan yang pernah saya baca, “Yang menulis di blog memberikan pencerahan, keriangan, kesedihan dan banyak hal lainnya apakah mereka se-asli-nya demikian?”. Wallohuallam

Comments

Popular posts from this blog

Isi/makna lagu DOREMI